jam dunia

Selasa, 24 Maret 2009

Sekolah Taman Siswa


Taman Siswa adalah sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain dan tempat belajar, Siswa mempunyai arti murid). Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", dan direalisasikan bersama-sama dengan teman-teman beliau di paguyuban Sloso Kliwonan.

Taman Siswa ini berpusat di Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai sekolah cabang di banyak kota (129 cabang) di seluruh Indonesia sampai sekarang.

Prinsip dasar dalam pendidikan Taman Siswa yang sudah tidak asing di telinga kita adalah:

1. Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita memberi contoh)

2. Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun prakarsa dan bekerja sama)

3. Tut Wuri Handayani (di belakang memberi daya-semangat dan dorongan).

Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Ketiga prinsip pendidikan ini sampai sekarang masih terus menjadi panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Nama masing-masing tingkatan dalam sekolah Taman Siswa adalah:
Taman Indria atau Taman kanak-kanak (TK)
Taman Muda atau Sekolah Dasar (SD)
Taman Dewasa atau Sekolah Menegah Pertama (SMP)
Taman Madya atau Sekolah Menengah Atas (SMA)
Taman Guru atau Sarjana Wiyata atau (Universitas).

Ketika menyebut Taman Siswa, kita membicarakan tonggak sejarah partisipasi rakyat/pribumi mengelola pendidikan dan pengajaran sendiri di luar hegemoni penjajah Belanda dan mengajarkan di dalamnya semangat/nilai perjuangan kemerdekaan. Pada masa Kejayaannya, Taman Siswa pernah menjadi pusat keunggulan yang berkembang dan tumbuh dengan pesat di Jawa dan di Sumatera Timur, sehingga membuat Belanda harus mengeluarkan ordonansi sekolah liar (wilde schoolen ordonantie) pada Taman Siswa ini. Di dalam konteks ini, Ketika menyebut Taman Siswa, kita tak akan lupa dengan sosok pendirinya, Suwardi Suryaningrat yang biasa kita kenal dengan Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia serta menteri Pendidikan Indonesia pertama itu.

Bagaimana dengan sekarang. Apakah sejarah keunggulan itu masih bisa dijemput? Dirjen Dikti, Fasli Jalal, dalam kunjungannya ke Taman Siswa di Surabaya pada 01/03/08, mencoba membangkitkan semangat segenap keluarga besar Taman Siswa untuk kembali menjadi pusat keunggulan dan percontohan sebagaimana telah pernah terukir dalam tinta emas sejarah pendidikan Indonesia.
 
“Saya mengikuti perkembangan Taman Siswa ini. Kita punya akar. Biasanya organisasi yang punya sejarah, dia lebih muda untuk kembali ke keunggulannya. Kembali dia bersinar” kata Dirjen.

Untuk itulah dirjen menawarkan kepada segenap keluarga Taman Siswa untuk melakukan analisa diri dan memetakan kondisi sekolah. Dari analisa itu, nanti kata dirjen akan kelihatan apa tantangan sekolah kita. Dalam waktu dekat apa yang bisa dilakukan sesuai dengan prioritas-prioritas yang telah dibuat.

Pemetaan itu, setelah ditulis, dikompilasi dan dicetak dengan baik dalam bentuk proposal, kata Dirjen, dibagikan ke alumni, perusahaan-perusahan, pemerintah daerah dan pusat. Pemetaan dan kemungkinan yang kita tawarkan ini menjadi perantara bagi orang-orang yang ingin membantu

Minimal kata Dirjen dengan pemetaan ini nanti kita sudah memikirkan diri kita. Bagaimana keadaan kita saat ini. Mau kemana kita. Apa yang kita perlukan untuk mencapai kondisi kita yang kita cita-citakan itu. 

Dirjen juga menganjurkan Taman Siswa untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas pendidikan di Jawa Timur. Misalnya di Jawa Timur ada LPMP. “berapa dari ibu-ibu/bapak-bapak yang sudah memanfaatkan fasilitas LPMP. Bisakah LPMP membuat paket khusus untuk Taman Siswa. Apa yang diperlukan. Apakah kita perlu datang ke LPMP, menginap beberapa hari. Di sana kita jabarkan apa yang diperlukan oleh guru untuk meningkatkan kapasitasnya. Kalau terlalu jauh mungkin kita berkumpul di suatu kota dan di situ diadakan pelatihan” kata Dirjen. 

Disini juga banyak sekali perguruan-perguruan tinggi terbaik, tambah Dirjen. Misalnya ada ITS dan Politeknik yang mahasiswanya ada yang mendapatkan beasiswa ke Jerman untuk studi satu tahun terakhir. 
Kata dirjen ini baru mimpi, tapi kalau tidak kita rencanakan dari sekarang, tidak akan pernah kesampaian. Mari bangkit lagi Taman Siswa melanjutkan cita-cita Ki Hajar Dewantara.

Tidak ada komentar:

blog-indonesia.com
blog-indonesia.com
blog-indonesia.com
animati

TELEVISINDO

Beranie Gagal! Motivate your self!

Photobucket